MENU HARGA TELUR LAYER

Harga Pakan Naik, Peternak Ayam Petelur Terpukul

surya/sutono
PAKAN NAIK: Peternakan ayam petelur milik Kaulani, warga Dusun bendungrejo, Desa/Kecamatan Jogoroto, Jombang, yang terdampak naiknya harga pakan ternak.
Laporan Wartawan Surya,Sutono
TRIBUNNEWS.COM,JOMBANG - Naiknya harga pakan ternak akibat merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat para peternak ayam petelur di Jombang kelimpungan.
Margin keuntungan mereka kian menipis, bahkan ada yang tidak untung sama sekali.
Bambang Suirman, peternak ayam petelur, asal Desa Pacarpeluk, Kecamatan Megaluh, mengaku sejak nilai tukar mata uang rupiah melemah sejumlah peternak mulai kelimpungan.
Sebab harga pakan ternak terus naik, sedangkan harga telur di pasaran cenderung tetap. Menurutnya, harga pakan naik rata-rata 10 persen.
Naiknya dolar AS memicu kenaikan harga pakan ternak karena mayoritas bahan pakan ternak masih impor.
Dia mengungkapkan, dangan harga telur Rp 13.500 per kilogram, peternak hanya mampu kembali modal.
Untuk memperoleh keuntungan, para peternak harus menjual telur di atas Rp 14.000 perkilogram.
"Kalau dijual dengan harga kurang dari 14 ribu rupiah, hanya impas. Bisa-bisa malah rugi kalau harga pakan naik lagi," ujar Bambang Suirman, Sabtu (12/10/2013).
Dengan kondisi seperti itu, Bambang mengaku hanya berusaha bertahan sembari menunggu turunnya harga pakan atau meningkatnya daya beli masyarakat.
Dia berharap, pemerintah turun tangan atas kondisi yang sedang dialami para peternak ayam petelur.
"Harapan kami pemerintah tidak tinggal diam, bagaimanapun ini salah satu roda perekonomian yang harus diselamatkan," katanya.
Kaulani, peternak ayam petelur asal Dusun Bendung Rejo, Desa/Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang mengungkapkan, sejak 3 bulan ini pendapatan dari beternak ayam petelur terus menipis.
Dengan 300 ekor ayam petelur, setiap hari dia hanya mampu melayani konsumen dengan dengan jumlah maksimal 15 kilogram telur.
Agar mendapatkan sisa lebih dari usaha beternak ayam petelur, Kaulani mematok harga Rp 14.000 per kilogram.
Untuk menekan biaya produksi karena naiknya harga pakan, Kaulani mengaku pernah mencoba mengganti pakan dengan jenis pakan lain yang harganya lebih murah.
Namun, upayanya agar keuntungan tetap bisa diperoleh malah berujung kerugian.
"Ketika pakan diganti malah hancur. Sebab, dengan pakan yang lebih murah itu, produktivitas telur jauh menurun.  Jadi akhirnya kembali ke pakan asalnya yang harganya terus naik," ujar dia.

http://m.tribunnews.com/regional/2013/10/12/harga-pakan-naik-peternak-ayam-petelur-terpukul